Kamis, 29 November 2012

TEOLOGI PEMBEBASAN AMERIKA LATIN: SEBUAH SURVAI SINGKAT

Oleh: Rudolfus Antonius

Pengantar  

Pada akhir 1960-an, sebuah gerakan sosial dan intelektual baru muncul di Amerika Latin.  Berakar dalam Iman Kristen dan Alkitab, gerakan tersebut mengupayakan suprasuktur ideologisnya berdasarkan refleksi-religius yang terkait-erat dengan organisasi Gereja.

Para anggota dari tarekat-tarekat (ordo-ordo) berkomitmen pada ikrar kemiskinan. Mereka tidak mempunyai harta-milik secara individual. Meski demikian, mereka menikmati standart-dan-jaminan-hidup yang memisahkan mereka dari pergulatan sehari-hari kaum miskin. Pada waktu itu muncullah pertanyaan: Kemiskinan macam mana yang seharusnya dihidupi para anggota tarekat manakala sebagian besar orang (umat) hidup dalam kemiskinan yang sangat parah, yang merendahkan harkat-martabat kemanusiaannya? Apa yang harus dilakukan oleh Gereja dan orang-orang Kristen?  

Sabtu, 17 November 2012

AGAMA DAN KEADILAN SOSIAL



AGAMA DAN KEADILAN SOSIAL
Oleh: Pandu Jakasurya


Apakah hubungan antara agama dan keadilan sosial? Apakah kena-mengenanya dogma, ritus, dan norma-norma keagamaan dengan perjuangan untuk menegakkan atau mewujudkan keadilan sosial?

Ambivalensi Agama

Sepintas lalu jawabannya meyakinkan. Agama adalah sokoguru keadilan sosial. Rasanya tidak sukar untuk mengamini “kebenaran” tersebut bila kita mendalilkan Yang Ilahi sebagai Sang Maha Adil dan menghendaki para mukminat dan mukminin menghidupi keadilan sosial. Betapa tidak! Dengan dogma kita belajar tentang Sang Maha Adil. Dengan ritus kita menyembah Sang Maha Adil. Dengan norma-norma kita “melakukan kehendak-Nya dan menjauhi larangan-Nya.” Kehendak-Nya: keadilan sosial. Larangan-Nya: Ketidakadilan sosial. Jelas, agama adalah sokoguru keadilan sosial.

Kamis, 15 November 2012

MISI PROFETIS YESUS



Oleh: Rudolfus Antonius



Istilah ”misi profetis” berarti perutusan yang di dalamnya orang mengemban tugas kenabian. Ia menjadi ”penyambung lidah” Allah, menyampaikan penilaian dan sikap Allah terhadap realitas dalam konteks sosio-historis tertentu. Nabi-nabi klasik Israel, seperti Amos, Hosea, Yesaya, dan Mikha, terutama sekali bergumul dengan realitas ketidakadilan sosial dalam masyarakat pada zaman mereka. Pergumulan mereka menjadi ”rahim” bagi penilaian dan sikap Allah terhadap realitas dalam konteks sosio-historis mereka masing-masing. Penilaian dan sikap Allah menyatu dengan keprihatinan mereka. Pada gilirannya, dengan cara-cara yang khas mereka menyampaikan pesan ilahi yang telah menjiwai diri mereka itu kepada masyarakat mereka masing-masing. Pesan mereka begitu tajam, kuat, dan memiliki nilai yang berkelanjutan, karena suara mereka adalah perpaduan antara suara Allah dan suara manusia, yang menyatu dalam gugatan, harapan, dan ajakan untuk memperjuangkan kemanusiaan yang otentik.

Deklarasi Spartakus



DEKLARASI
Serikat Perjuangan Pemuda Kristen untuk Sosialisme
(SPARTAKUS)
progresif revolusioner

Negara Indonesia berdiri melalui Revolusi Agustus 1945. Sebagai revolusi nasional, Revolusi Agustus 1945 mengemban tugas-tugas demokratik: mendirikan negara bangsa yang berdaulat penuh di lapangan politik, ekonomi, dan kebudayaan, mengakhiri feodalisme, melaksanakan reforma agraria, serta menegakkan demokrasi dan HAM. Secara historis, tugas-tugas demokratik ini ada di pundak burjuasi nasional Indonesia.
Namun, kelas burjuis Indonesia terlambat memasuki panggung sejarah, yakni ketika burjuasi Eropa – demi mengatasi kontradiksi-kontradiksi kapitalisme di negeri mereka masing-masing – telah menggelar kolonialisme dan ketika kapitalisme tengah memasuki tahapannya yang terakhir, yakni imperialisme. Dalam konteks ini, kelas burjuis Indonesia dilahirkan dari perkawinan antara mesin negara kolonial – yang merupakan kepanjangan tangan kelas burjuasi Eropa – dengan birokrasi feodal Nusantara. Alhasil, kelas burjuis Indonesia adalah burjuasi yang cacat sejak lahirnya, korup, bermental komprador, kapitalis-birokratik, dan kapitalis-kroni.